Tulisan ini saya buat untuk Tugas Akhir kuliah Montessori bab Aktivitas Sensorial di Sunshine Teacher’s Training. Saya mendapatkan nilai 88 dari nilai maksimal tugas akhir , yaitu 90. Berikut tulisan saya mengenai Aktivitas Sensorial Montessori.
Aktivitas Sensorial Montessori
- Pengantar
Proses belajar saya dan anak saya yang pertama dan kedua dimulai sejak mereka lahir. Saya percaya bahwa seorang anak yang baru lahir mulai belajar dari lingkungan sekitarnya melalui indranya. Begitu mereka lahir, secara alami mereka mulai mengamati. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan bayi saya mengisap air susu, ketertarikan pada suara tertentu, misalnya suara kedua orangtuanya ketika mengajaknya bicara, suara mainannnya, dan suara lainnya. Atau contoh lain, misalnya ketertarikan bayi saya dengan warna tertentu, seperti merah, hitam dan putih yang digabungkan, dan warna lainnya. Contoh-contoh tersebut di atas merupakan contoh bayi mulai belajar melalui indranya. Banyak buku yang membahas hal ini, salah satunya adalah buku Enlightening Parenting. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa tahap perkembangan anak di usia 0-2 tahun adalah tahap sensori. Di tahap sensori ini, anak memahami sesuatu dengan indra, anak tidak mengenal rasa takut kecuali insting pertahanan hidup, misalnya nangis saat lapar. Aktivitas sensorial adalah salah satu cara anak untuk mendapatkan pengetahuan tentang lingkungannya melalui indra. Setiap anak membutuhkan pendidikan yang membutuhkan kecintaan seumur hidup untuk belajar. Saya harus memperkenalkan kepada anak-anak saya teknik atau metode belajar yang menyenangkan dan bermanfaat agar anak-anak saya cinta belajar seumur hidupnya. Pengembangan sensori adalah salah satu cara yang akan membantu mereka membangun keterampilan yang mereka perlukan. Inilah alasan mengapa saya mengambil judul mengenai aktivitas sensorial.
“Anak-anak mulai mengalami pengalaman sensorial saat lahir. Ketika anak-anak tumbuh, mereka mengeksplorasi dan belajar dengan berinteraksi dengan lingkungan mereka melalui indra mereka.” (Maria Montessori)
2. Isi
Sensori berasal dari kata sense, yang berarti indra. “Anak adalah penjelajah sensorial” (Maria Montessori). Pembelajaran sensori adalah pembelajaran yang merangsang panca indra anak, yaitu rasa, sentuhan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran. Melalui indra, anak belajar tentang lingkungan. Dengan menggunakan indra, anak-anak belajar untuk menjelajahi dan memahami lingkungan sekitar mereka dan dunia. Ini termasuk kegiatan yang membantu mereka mempelajari objek benda, warna benda, tekstur benda, situasi, angka, bahasa, dan hal lainnya. Pengalaman sensorial dimulai dari sejak lahir. Tujuan utama dari aktivitas sensori adalah membantu anak-anak memilih berbagai macam kesan yang mereka peroleh dari setiap indranya. Aktivitas sensori mampu mengembangkan indra anak karena anak dihadapkan pada tantangan yang meningkat dari sederhana ke hal yang kompleks atau rumit. Aktivitas sensori juga mampu menata persepsi indra anak, yaitu diawali dengan mengenalkan kualitas suatu persepsi, kemudian dilanjutkan dengan menunjukkan rentang perbedaan dalam satu kualitas tersebut sehingga akhirnya menemukan pola teratur. Aktivitas sensori juga dapat memperluas persepsi anak terhadap lingkungan dengan membangunkan pengalaman sensori yang belum pernah dilakukan. Aktivitas sensori juga mampu mengasah persepsi indra, yaitu dengan membiarkan anak untuk merasakan pengalaman dan konsentrasi pada satu kualitas tertentu secara terpisah dan jelas. Dari tersebut maka dapat dikatakan bahwa aktivitas sensori mampu membantu anak mengembangkan, menata, memperluas, dan mengasah persepsi indra. Saya dapat memberikan contoh mengenai empat pola di atas. Pada aktivitas sensorial pink tower, anak saya dari umur 1,5 tahun senang memegang komponen pink tower. Dia merasakan kesepuluh bentuk yang sama namun dengan ukuran yang berbeda. Pada material tersebut (pink tower), anak saya awalnya tertarik dengan warnanya. Indra penglihatannya tertarik dengan warna pink. Setelah tertarik, anak saya memegang material tersebut. Awalnya anak saya tertarik dengan bagian pink tower yang kecil. Hal ini disebabkan karena sesuai dengan ukuran tangannya. Memegang dengan tangan, merasakan bentuk material dari genggaman tangan merupakan bagian dari aktivitas sensorial. Stereognostiknya bekerja. Setelah memegang, lalu material dimasukkan ke mulut. Pada bagian ini tentunya di bawah pengawasan. Namun, kejadian ini dapat saya katakana bahwa indra pengecapnya pun “penasaran”. Dari rasa “penasaran” inilah yang membuat indra pengecapnya bekerja. Lalu, di umur dua tahun, anak saya mulai menyusun pink tower secara vertikal meskipun belum bisa beraturan dan diumur 2,5 tahun bisa menyusun material ini secara vertikal dengan benar. Lalu anak saya yang pertama, di umur empat tahun dapat menyusun pink tower dengan berbagai macam pola sederhana. Umur lima sampai enam tahun mulai dapat menyusun pola pink tower dengan pola yang lebih kompleks bahkan dengan mata tertutup.
Hal lainnya juga anak saya mampu menggabungkan dua macam material aktivitas sensorial menjadi suatu pola yang dapat dipelajari, seperti menggabungkan material pink tower dengan brown stairs.
Hal ini dapat dikatakan aktivitas sensorial juga melatih kemampuan logika dan kognitifnya. Aktivitas-aktivitas anak-anak saya ini menggambarkan bahwa aktivitas sensorial melatih mengembangkan (mulai dari melihat, memegang hingga menyusun), menata (memegang sehingga bisa merasakan yang paling kecil ke yang paling besar sehingga tercipta pola tatanan dari indra yang bekerja), memperluas (kemampuan menggabungkan pink tower dengan brown stairs), sehingga terciptalah kemampuan yang dapat mengasah persepsi indranya. Dari mampu hal-hal yang sederhana hingga kompleks/rumit seperti penyusunan pola rumit pink tower dapat dikatakan bahwa anak sudah tercipta kemampuan dalam mengasah indranya.
“Anak yang telah bekerja dengan alat sensorik memperoleh keterampilan yang lebih besar dalam penggunaan tangannya, serta mencapai tingkat perspektif yang lebih tinggi terhadap rangsangan dunia luar. Sejauh ini anak mampu menghargai perbedaan.” (Maria Montessori)
Bahan yang digunakan dalam aktivitas sensorial didisain khusus agar menarik untuk anak. Hal ini dapat dikatakan bahwa bahan sensorial telah disesuaikan dengan sifat alami anak, bukan sifatnya berteknologi, yaitu:
- Dibuat dari bahan-bahan yang disukai anak, misalnya kayu, biji-bijian, batu, dan lain-lain.
- Dibuat dengan proposi dimensi yang menarik serta didisain pas untuk ukuran tangan anak.
- Dibuat dengan jelas, lapisan warna alami, dan bentuk yang mendasar.
Setiap material untuk aktivitas sensorial terdiri dari satu perangkat objek yang akan menghasilkan satu kualitas tunggal. Berikut adalah tiga contoh material mengenai satu kualitas tunggal ini, misalnya aktivitas yang berkaitan dengan indra penglihatan.
Pink Tower
Material ini terdiri dari sepuluh kubus dari kayu dan berwarna merah jambu dalam ukuran beragam, yaitu 1 cm3 – 10 cm3 dengan rentang yang setara pada seluruh dimensi, yaitu 1 cm. Pink tower mempunyai fungsi membantu anak mengembangkan konsep perbedaan visual tiga dimensi, mengembangkan koordinasi otot halus dan gerakan, menyiapkan anak untuk belajar matematika dengan melatih kemampuan untuk membandingkan dan menyususn secara berseri dan berurutan, secara tidak langsung menyiapkan anak untuk menghadapi materi geometris, serta mengajarkan perbendaharaan matematika dasar.
Brown Stairs
Material ini berupa sepuluh prisma segiempat dari kayu dan berwarna coklat. Semua prisma memiliki Panjang yang sama, yaitu 20 cm, namun dengan ketebalan yang beragam, yaitu dari 10 cm x 10 cm sampai 1 cm x 1 cm pada setiap ujungnya, dengan rentang ketebalan yang setara. Brown stairs mempunyai fungsi membantu anak mengembangkan konsep perbedaan visual dua dimensi, meningkatkan koordinasi gerakan dan control motorik halus, menyiapkan anak untuk belajar matematika dengan melatih kemampuan untuk membandingkan dan menyusun secara berseri dan berurutan, mengajarkan perbendaharaan matematika dasar, dan secara tidak langsung menyiapkan anak menghadapi materi geometris melalui observasi pada ukuran sudut, sisi, dan volume prisma, serta secara tidak langsung menyiapkan anak menghadapi konsep angka, yaitu melalui peragaan perbedaan tinggi dan lebar di antara sepuluh prisma yang ketebalannya berbeda-beda.
Knobbed cylinders
Material ini terdiri dari empat blok dari kayu dengan sepuluh rongga silinder.
- Blok 1 terdiri dari 10 silinder dengan tinggi dan diameter yang berbeda dari panjang dan lebar ke pendek dan sempit.
- Blok 2 terdiri dari 10 silinder dengan tinggi dan diameter yang berbeda dari Panjang dan sempit ke pendek dan lebar.
- Blok 3 yang terdiri dari 10 silinder denngan diameter yang berbeda.
- Blok 4 yang terdiri dari 10 silinder dengan tinggi yang berbeda.
Adapun fungsi knobbed cylinders adalah membantu anak mengembangkan konsep perbedaan ukuran secara visual dan dimensi, meningkatkan koordinasi gerakan dan kontrol motorik halus anak, meningkatkan dasar matematika anak dengan mengamati perbedaan umum antarbalok silinder, menyiapkan anak menghadapi aktivitas menulis, yaitu dengan memegang balok silinder pada tungkainya, serta meningkatkan kemampuan dalam menyusun secara berseri.
Pengalaman terhadap satu kualitas spesifik ini timbul karena setiap objek dalam satu perangkat memiliki ciri-ciri yang serupa. Jika kualitas ini dapat diukur, objek akan dibuat beragam secara umum, sehingga dapat terlihat adanya perbedaan tingkatan pada objek yang telah dirangkai. Sekurang-kurangnya satu aktivitas sensorial yang disediakan untuk setiap kualitas yang dapat dipersepsi oleh kemampuan indra manusia, yaitu indra penglihatan/visual (seperti persepsi terhadap ukuran, bentuk, komposisi, pola, dan warna), indra pendengaran/auditori (seperti persepsi terhadap nyaringnya suara, nada), indra penciuman (persepsi terhadap bau), indra sentuhan/taktil (seperti persepsi terhadap tekstur), indra barik (persepsi terhadap berat), indra termal (persepsi terhadap suhu), indra pengecapan (persepsi terhadap rasa), indra stereognosis (persepsi melalui taktil, otot, dan gerakan).
Dalam mempresentasikan aktivitas sensorial, directress mempresentasikan melalui langkah-langkah dengan prinsip Pelajaran Tiga Periode.
Periode 1 – Penamaan
Periode pertama diawali dengan mengidentifikasi suatu kualitas tertentu dan memberikan pengertian dengan mengenalkannya. Pada periode ini directress harus mengisolasi objek. Kalimat yang bisa diucapkan pada periode ini adalah, “Ini adalah sepeda. Dapatkah kamu mengatakan sepeda?” Directress mendorong anak untuk mengucapkan kata sepeda. Lalu, directress mengambil objek lain misalnya mobil (mainan sepeda tidak terlihat) dan berkata “Ini adalah mobil. Dapatkah kamu mengatakan mobil?” Directress mendorong anak untuk mengucakan kata mobil.
Periode 2 – Asosiasi/Pengakuan
Pada periode ini kedua mainan sepeda mobil ditempatkan di depan anak dan directress bertanya “Dapatkah kamu menunjukkan mobil?” Setelah anak menunjukkan mobil, directress kembali bertanya, “Dapatkah kamu menunjukkan sepeda”? Dia mengulangi kegiatan ini paling tidak empat kali. Directress harus meminta kepada anak untuk menunjuk ke objek yang diperkenalkan terakhir pada periode pertama, pertama di periode kedua. Setiap kali anak menunjukkan objek, directress harus mendorong anak utnuk menyebut objek.
Periode 3 – Pengingat
Directress meminta anak untuk menyebut nama objek yang ada di depannya, menaruh objek satu per satu dan bertanya, “Apa ini?” Directress harus memita anak untuk menyebutkan onjek yang dikenalkan terakhir di periode kedua, dan pertama di periode ketiga.
Otak bayi yang baru lahir memiliki seratus miliar neuron. Ketika neuron ini tumbuh, sinapsis atau koneksi antar sel otak meningkat. Namun, sinapsis juga dapat berkurang karena otak menghilangkan tautan yang jarang atau tidak pernah digunakan. Pembelajaran sensorik membangun koneksi saraf di jalur otak dengan mempromosikan kegiatan yang merangsang indera mereka. Hal ini akan meningkatkan kemampuan anak untuk menyelesaikan tugas yang lebih rumit ke depannya. Beberapa manfaat dari aktivitas sensorial adalah:
- Meningkatkan daya ingat. Aktivitas sensorial dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempertahankan pelajaran dengan belajar dari pengalaman. Memori motoric anak akan ditingkatkan dengan latihan.
- Membangun pemikiran kritis dan pemecahan masalah. Aktivitas sensorial mengenalkan anak pada berbagai aktivitas menyenangkan yang akan membuat anak bertanya-tanya. Kegiatan ini dirancang untuk membangkitkan kemampuan pemecahan masalah mereka.
- Menenangkan anak. Aktivitas sensorial adalah cara menyenangkan yang membantu mengendalikan kegelisahan anak dengan meringankan ketidaknyamanan mereka karena aktivitas ini mengenalkan mereka pada pembelajaran baru tanpa terlalu merangsang mereka.
- Memperkuat perkembangan anak-anak. Aktivitas sensorial memaparkan anak berulang kali pada aktivitas dan pengalaman yang meperkuat perkembangan otak anak.
- Mendukung keterampilan sosial. Aktivitas sensorial memungkinkan anak menikmati kerjasama dengan oranglain dan membangun interaksi sosial yang kuat. Hal ini memberi mereka rasa memiliki, mengembangkan empati, dan melengkapi anak dengan keterampilan komunikasi yang lebih baik. Interaksi verbal dan non-verbal mereka akan memberi anak fondasi yang sangat baik untuk menjadi orang yang lebih baik seiring bertambahnya usia.
Di era digital ini, semakin banyak anak yang terpapar pada gadget yang tidak memiliki penggunaan esensial dari semua indera. Tanggung jawab pendidik (khususnya orangtua) untuk bertindak memberi mereka fondasi yang kuat. Sangat penting untuk menanamkan keterlibatan fisik dan mental dalam Pendidikan anak. Aktivitas sensorial adalah jenis aktivitas yang akan disukai anak-anak dan sangat bermanfaat bagi anak.
“Anda tidak ada, Anda tidak bisa berharap untuk tumbuh. Itu adalah langkah luar biasa yang dilakukan anak, langkah yang berubah dari tidak ada menjadi sesuatu.” (Maria Montessori).
3. Kesimpulan
Semakin cepat pendidik belajar aktivitas sensorial montessori, semakin baik anak-anak akan memetik manfaatnya. Saya sudah merasakan sendiri manfaat dari aktivitas sensorial ini. Anak saya percaya diri, nyaman dengan aktivitasnya, dapat bekerjasama serta dapat memecahkan masalahnya sendiri apabila dihadapkan pada suatu challenge/masalah.
4. Daftar Pustaka
Slide bahan kuliah https://online.sunshineteacherstraining.com
Fitriani, Okina. 2017. Enlightening Parenting. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Gettman, David. 2016. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar. Aktivitas Belajar untuk Anak Balita. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.